Sejarah koran di Sumatera Timur dan Tapanuli dipamerkan untuk memperingati Hari Pers Nasional di Digital Library Universitas Negeri Medan (Unimed), Selasa (9/2). Terpapar fakta sejarah keberanian media di Medan sudah terang-terangan menyuarakan kemerdekaan bahkan jauh hari sebelum Kongres Pemuda. Tak tanggung-tanggung koran itu mempunyai nama yang 'subversif' ketika itu, yaitu 'Benih Merdeka'. Taglinenya 'Orgaan oentoek menoentoet keadilan dan kemerdekaan' juga tak kalah provokatif.
"Ini merupakan satu-satunya surat kabar pada masa Hindia Belanda yang terang-terangan menanamkan benih kemerdekaan, bahkan 12 tahun sebelum Kongres Pemuda yang hasilnya juga menurut saya masih abu-abu dan tidak menuntut kemerdekaan itu. Sejarah ini yang mesti ditulis ulang bahwa koran di Medan sudah berani menyuarakan kemerdekaan," ujar Ichwan Azhari, sejarawan Unimed yang menggagas 'Pameran 130 Tahun Surat Kabar yang terbit di Sumatera Utara (1886-2016)'.
Benih Merdeka diterbitkan Tengku Radja Sabaruddin pada 17 Januari 1916 dan dicetak di percetakannya sendiri. Pemimpin redaksinya ketika itu Muhammad Yunus dan OK Azir. Setelah 1920, kata 'Benih' dibuang, surat kabar itu menjadi 'Merdeka'. "Kita berani mengklaim inilah (Benih Merdeka) sebagai koran pertama yang menyuarakan kemerdekaan."
Keberadaan tokoh Melayu yang menjadi pendiri dan pemimpin surat kabar Benih Merdeka menunjukkan adanya kebebasan dan keberanian berpendapat di Medan ketika itu. Meskipun Kesultanan Melayu Deli bekerja sama dengan Belanda, namun putra-putra Melayu punya pandangan lain dan berani menyuarakannya. "Jadi ketika itu, kalaupun pemimpin ditangkap, tapi korannya tetap boleh terbit tidak dibredel," jelas Ichwan.
Foto copy dari surat kabar 'Benih Merdeka' merupakan salah satu dari beberapa surat kabar lama yang dipamerkan. "Pameran ini digelar dalam Pusat Studi Sejarah dan Ilmu-ilmu Sosial (PUSSIS) Unimed bertepatan dengan Hari Pers Nasional hari ini. Saya merasa peduli karena saya juga pernah bekerja di koran," sebut Ichwan yang juga Ketua PUSSIS Unimed.
Selain itu ditampilkan pula beberapa surat kabar lain yang berhasil dikumpulkan Ichwan Azhari. Aneka surat kabar yang menjadi sejarah itu menjadi koleksi Medan Pers Museum yang digagasnya.