Lokomotif Bima Kunting yang selama ini tersimpan di Balai Yasa
Yogyakarta akhirnya dihibahkan untuk publik dan dipajang di halaman
Benteng Vredeburg Yogyakarta sebagai ikon wisata. Corporate
Communication PT KAI Daop VI Yogyakarta, Andika Tri Putranto, Sabtu
(31/1) menyebutkan Lokomotif Bima Kunting dipilih karena memiliki latar
belakang historis yang istimewa.
Lokomotif ini merupakan lokomotif pertama buatan bangsa Indonesia.
Walaupun kecil, lokomotif seri B100 ini memiliki akselerasi yang cepat
dan jarak pengereman yang paling pendek. Oleh karena itu, lokomotif
tersebut pernah menjadi kebanggaan awak Kereta Api dan menjadi favorit
juru langsir karena kelincahannya.
|
Foto:
|
Mesin penarik rangkaian dan gerbong ini merupakan loko generasi
pertama diresmikan pada 1960 oleh Balai Karya Yogyakarta PNKA
(Perusahaan Negara Kereta Api) semasa pimpinan Ir Djoko Baroto. Sedang
nama Bimo Kunting, merupakan nama pemberian dari Sultan Hamengku Buwono
IX, sebagai personifikasi dari salah satu tokoh dalam pewayangan.
Tokoh tersebut merupakan seorang kssatria bertubuh mungil namun
sanggup membinasakan musuh-musuhnya dalam perang Bharatayuda.
Selanjutnya, peluncuran generasi kedua dimulai pada 1963, dan pada tahun
1965, Balai Karya Kereta Api Yogyakarta di bawah pimpinan Ir Mardjono
kembali menciptakan lokomotif langsir Bima Kunting generasi ketiga,
dengan rangka dari lokomotif uap seri C15.
"Lokomotif Bima Kunting III bermesin diesel dengan kekuatan 120 daya
kuda. Meskipun onderdil berasal dari bahan-bahan yang sudah ada,
lokomotif ini tetap merupakan kreasi bangsa sendiri karena
perencanaannya benar-benar dibangun dari nol," ujarnya.
Semasa aktifnya Bima Kunting difungsikan sebagai lokomotif langsir
pada Balai Karya Kereta Api Yogyakarta (bengkel lokomotif). Fungsi
lokomotif langsir adalah untuk menarik/mendorong lokomotif yang sedang
menjalani proses overhaul atau proses perawatan diantaranya memindahkan
lokomotif dari dan menuju los pencucian, pembongkaran, perakitan dan
sebagainya.
Dikatakan, pada 1980, peran lokomotif Bima Kunting sebagai lokomotif
langsir berakhir dan digantikan oleh lokomotif langsir lainnya. Dalam
usaha melestarikan benda-benda bersejarah kereta api, PT. Kereta Api
Indonesia (Persero) berhasil menyelamatkan dan melestarikan Lokomotif
Bima Kunting generasi ketiga. Pemerintah Kota Yogyakarta telah
menetapkan Lokomotif Bima Kunting III sebagai Benda Cagar Budaya dan
dijadikan salah satu monumen peninggalan kerjasama Sri Sultan
Hamengkubuwono IX dan PNKA di halaman Benteng Vredeburg sebagai salah
satu koleksi museum.
Sebelumnya, Manajer Heritage PT KAI Wawan Hermawan mengatakan,
pemindahan lokomotif tua ke museum tersebut dilakukan untuk sosialisasi
kecintaan masyarakat terhadap kereta api. "Hal ini juga atas permintaan
Dinas Kebudayaan DIY karena lokomotif ini masuk cagar budaya," katanya,
Jumat (30/1).
Dengan penempatan di Vredeburg yang berdekatan dengan Titik Nol
Kilometer diharapkan dapat memotivasi masyarakat untuk mencintai kereta
api melalui sejarah dan peninggalannya. Meski sudah berada di Vredeburg,
namun Bima Kunting masih ditutup dengan kain terpal dan belum
diperlihatkan untuk umum.