Dalam sebuah artikel yang sudah cukup lama yakni artikel dalam koran Pikiran Rakyat 19 November 2010 tertulis negeri kita pada era 1970-1980 pernah dibanjiri produk mobil berukuran kecil dari berbagai merek semisal Honda dengan produk Honda TN-7 dan Honda Life. Suzuki dengan Suzuki Fronte, Suzuki ST-20 (Turungtung), dan Suzuki Jimny LJ10 (Jangkrik). Kemudian Daihatsu dengan Daihatsu Fellowmax, Daihatsu Midget (Bemo), dan Daihatsu S-38 (Unyil) serta Mazda dengan Mazda kotak dan beberapa varian pikapnya.
Lantas, ke manakah mobil-mobil itu kini? Beberapa unit tampak teronggok di pasar besi tua atau junkyard, menunggu ditimbang sebagai besi tua. Namun, beberapa muncul dan dibangun kembali. Dari tangan para pehobi, gejala bangkitnya mobil-mobil berukuran mini yang di Jepang disebut sebagai Kei-Car ini, mulai tampak beredar kembali, terutama di kalangan para penggemar mobil retro klasik di Indonesia.
Tak dapat dimungkiri, harga BBM yang terus naik, lalu lintas jalan raya yang semakin padat, serta minimnya lahan untuk penyimpanan koleksi mobil retro klasik, turut mendorong mobil-mobil Kei-Car ini bangun dari tidur panjangnya. Selain itu, ketersediaan suku cadang serta kelengkapannya bukanlah perkara yang sulit dicari.
Informasi yang tersedia di jejaring sosial, serta adanya perpanjangan tangan importir umum khusus spare parts, sangat membantu para kolektor mobil-mobil jenis tersebut. Tentu saja kondisi ini membuat dua sahabat Ginanjar Hadiman dan Andre Sudradjat, memiliki kesempatan luas untuk membangun dan merestorasi kendaraan kebanggaannya, masing-masing untuk satu unit Suzuki ST-20 Pick-up tahun 1983.
Kendaraan yang di sini lebih akrab disebut Turungtung tersebut pernah merajai jalanan di Bandung sebagai kendaraan angkutan atau favorit sebagai kendaraan keluarga. Kini tampil dengan performa standar khas retro untuk mobil yang telah berusia lebih dari seperempat abad. Kondisinya kinyis-kinyis dengan warna biru standar Suzuki ST-20 (warna favorit lainnya adalah merah marun).
Mobil yang kini menyandang status sebagai kendaraan retro hobi ini adalah kendaraan fancy bermesin 2-tak 3-silinder, dengan kapasitas mesin 539 cc. Keduanya dibekali daya kuda maksimum dengan momen puntir maksimum 5,72 kg-m/300rpm. "Dengan kondisi tersebut, mobil ini pada masa jayanya sering saya ikutkan lomba slalom test. Saking ringannya, mesti pakai pemberat, ban dalam yang diisi pasir dan ditempatkan di bak paling belakang," ujar Ginanjar Hadiman.
Sementara mobil kesayangan Andre Sudradjat tampil istimewa dengan head lamp crystal Autopal, fog lamp Cibie, plus tanduk di depan berkelas Dadone. Ban yang dipakai adalah Goodyear GT3 165/80 R12 lengkap dengan pelek Formula ukuran ring 12 inci. Pada interior, jok dilengkapi head rest kanan original dan replika untuk yang sebelah kiri. Dilengkapi tape Keenwood dan speaker Pioneer.
Keduanya tampak terawat, memenuhi syarat sebagai item collector. Merujuk kondisi komponen pada dashboard, spidometer, odometer, indikator BBM dan temperatur berfungsi normal. Kaki-kaki berfungsi maksimal dengan stabilizer belakang dan memaksimalkan penggerak roda belakang. Menurut Ginanjar, mesinnya tidak rewel, serta suspensinya lumayan empuk untuk kendaraan di kelasnya.